AnekaMesin.com
Produsen Mesin Berkualitas

Tembus Pasar Ekspor Dengan Kemasan Kopi 10 Gram

Desa Sipatuhu yang berada di Kecamatan Banding Agung, Kabupaten OKU Selatan, merupakan desa pemekaran. Sejak lama desa ini terkenal sebagai daerah penghasil kopi. Bahkan jejak sejarah Desa Sipatuhu sebagai daerah percontohan dan penghasil kopi terlacak sejak zaman Kolonial Belanda.


Jejak peninggalan perkebunan kopi itu masih ada dan tertata rapi berikut sejumlah bangunan dan kompleks perkampungan warga di Desa Banding Agung. Penduduknya juga bukan warga asli, melainkan penduduk pendatang bersuku Jawa yang dibawa langsung oleh pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan ada yang menyebut mereka berasal dari keturunan Jawa yang dibawa langsung dari Suriname.

Untuk menelusuri jejak kopi dengan variasi rasa pinang, wartawan koran ini mendatangi langsung sentra pengolahannya di Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Utama di Desa Sipatuhu, yang saat ini dipimpin oleh Mukodis. Butuh waktu sekitar 1,5 jam melalui jalan darat untuk ke desa penghasil kopi tersebut dari Kota Muara Dua, ibu kota Kabupaten OKU Selatan.

Wartawan koran ini langsung menuju rumah Mokudis yang menjadi tempat industri kopi olahan dengan merek Palm Coffe Mix atau Kopi Rasa Pinang. Aroma kopi sudah tercium ketika mendekati pintu rumah bagian belakang.

Tampak seorang pekerja bernama Sari tengah mengemas bubuk kopi dengan takaran tertentu ke dalam bungkus aluminium foil berwarna kuning. Cara pengemasannya masih manual, yakni memasukkan bubuk kopi menggunakan sendok. Tidak ada peralatan mesin canggih di rumah itu. Hanya ada alat mesin pres untuk menutup bagian bungkus kemasan.

Dengan ramah, Sari mempersilakan wartawan koran ini masuk setelah mengenalkan diri. “Silakan masuk, Pak.” kata Sari sambil mempersilakan duduk. Kemudian, Sari bergegas masuk dan menyeduh kopi dan menawarkan untuk mencicipi rasanya. Benar saja, aroma khasnya terasa di lidah.

Sari mengaku untuk mengetahui lebih jelas bisa langsung ke Bapak Mokudis. “Di rumah sekarang ada Mas Ady, anaknya yang ditugasi untuk mengelola usaha ini. Tunggu sebentar, saya panggilkan Mas Ady Prayoga. Dia lagi di atas,” katanya. Tak lama, Sari kembali datang didampingi Ady.

Dengan ramah, Ady menjelaskan usaha kopi yang telah ditekuni oleh keluarganya. Menurutnya, usahan pengolahan kopi sudah dirintis ayahnya melalui koperasi. “Sudah lama usaha pengolahan kopi ini, bapak yang merintisnya. Tapi awalnya pemasarannya lokal saja, sekitaran Muaradua dan Ranau,” tuturnya.

Sejak lama, diakui Ady, ayahnya konsisten mengembangkan bisnis pengolahan kopi, terutama inovasi kopi aroma ginseng dan pinang. Sekarang pemasarannya sudah merambah ke nasional. Dua varian rasa pinang dan ginseng konon berkhasiat untuk kesehatan.

“Pemasarannya sudah keluar Kabupaten OKU. Bahkan sudah masuk ke supermarket, yakni Miyoga Palm Coffe Mix kemasan sachet siap seduh,” kata Ady menunjukkan salah satu produk unggulan usaha rumahannya yang mendapatkan dukungan langsung dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Sumsel.

Namun produksi olahannya kalah bersaing dengan kopi merek ternama, terutama ketika dipajang di supermarket besar ataupun waralaba. “Kita masih terus produksi, namun terbatas karena kesulitan pemasaran,” akunya.

Selain kemasan siap seduh, Ady mengaku, keluarganya juga memperoduksi dalam bentuk kopi kemasan 10 gram, kemasan 200 gram robusta, dan rasa palm. “Untuk kemasan 10 gram yang tengah di-packing ini sudah ekspor ke Singapura. Ada permintaan dari sana meski masih relatif kecil, yakni 800 sachet. Ini sudah yang kedua kalinya,” kata Ady yang optimis kopi palm hasil inovasi keluarganya bisa menembus pasar internasional.

“Produk kita sulit bersaing dengan merek besar. Disamping itu untuk dipajang di bagian depan supermarket kan butuh uang, makanya kopi buatan kita kalah. Namun sekarang sudah lumayan. Orang sudah mengenal di OKU Selatan ada kopi palm. ini setelah promosi gencar yang dilakukan Pemkab OKU Selatan,” tuturnya.

Ady bercerita, kopi yang diproduksinya memang usaha home industry. Skala produksinya masih kecil dan tergantung permintaan pasar. Seperti salah satu produk aroma pinangnya yang mulai dikenal. “Untuk penjualan memang masih di lokal saja,” imbuhnya. Untuk angka produksinya, Ady mengaku kesulitan, karena sangat tergantung pesanan. “Mesin yang kita punya juga hanya berkapasitas 50 kg kopi saja,” bebernya.

Bijih kopi didapat dari petani di sekitar Desa Sipatuhu. Kemudian disangrai dalam oven bersuhu 1.900 derajat celcius. “Itu dengan tingkat kematangan yang diinginkan,” imbuhnya.

Setelah itu, kopi yang sudah matang langsung digiling untuk menjadi bubuk kopi. Baru kemudian serbuk halus kopi dikemas dalam bungkusan berbagai bentuk tersebut. “Untuk yang kemasan seperti Miyoga Palm Coffe Mix itu menggunakan mesin kemasan langsung dicampur cream, gula secukupnya, baru kemudian dikemas langsung menggunakan mesin,” kata Adi.
Unknown Unknown Author